I COULD PLAY MY GADGET FOR 18 HOURS

pokemon, pokemon go, phone

Benedict Hutagalung atau yang biasa disapa Ben adalah anak murid dari program Rudy Ng Academy. Sebelum ia mengikuti program yang diadakan oleh Rudy Ng Academy, Ben sudah kecanduan bermain HP/Gadget selama 18 jam yang mengakibatkan jam tidurnya menjadi berantakan (malam jadi siang, siang jadi malam), tidur jam 6 pagi sampai jam 2 siang minimal dan sesudah bangun ia langsung memegang HP nya untuk bermain hingga malam pagi lagi. Bahkan Ben hingga tidak mandi selama 2 bulan lamanya.

Hal ini membuat orangtuanya khawatir dengan psikologis dan masa depan Ben. Bahkan di rumah mereka hampir tidak pernah mengobrol sama sekali. Hal inilah yang membuat orangtuanya frustasi dengan sikap Ben. Bahkan pernah karena terlalu banyak bermain HP, mamanya memarahi Ben dan Ben menjadi orang yang baper dan hampir mau bunuh diri. Dari situ, orangtuanya menyerah dan tidak tahu harus berbuat apa.

Kebetulan orangtuanya mengenal Rudy Ng sebagai konselor anak-anak dan remaja yang sudah banyak menangani berbagai kasus kecanduan pada anak-anak dan remaja termasuk salah satunya adalah kasus kecanduan Gadget pada anak-anak dan temaja, jadi mereka menyerahkan Ben pada Rudy Ng Academy untuk bisa melakukan pendekatan kepada Ben supaya Ben bisa berubah.

Tidak berapa lama, Ben perlahan pun berubah dari yang suka bermain HP selama 18 jam mulai berkurang menjadi 5 jam. Dari yang suka bermain HP selama 5 jam mulai berkurang lagi 2 jam atau bahkan kurang. Bukan hanya itu, ia mulai menemukan tujuan dalam hidupnya, yaitu untuk menjadi Exterior Designer.

HP ANAK TIDAK SELEVEL DENGAN TEMAN-TEMANNYA

ajarkan anak fungsi dan gengsi jika dibully karena hp-nya tidak selevel dengan teman-temannya

BAGAIMANA MEMOTIVASI ANAK JIKA DI BULLY KARENA HP-nya TIDAK SELEVEL DENGAN TEMAN-TEMANNYA?

Untuk menjawabnya saya akan menggunakan sebuah cerita.

Kami mempunyai 3 orang anak, anak pertama dan kedua adalah kembar dan sudah beranjak remaja, saat ini mereka duduk di kelas 7 SMP.

Kami mempunyai tantangan dalam menghadapi anak yang pertama, karena sedari kecil sudah terlihat sekali jika anak ini selalu memandang segalanya harus keren dan bermerek. Mulai dari pemilihan hotel tempat kami menginap hingga baju dan sepatu pun dia hanya mau memilih yang paling mahal.

Nah puncaknya pada saat dia beranjak remaja, karena di tahap inilah, mereka sedang mencari jati diri dan ingin terlihat keren dan berbeda dari teman-temannya. Oleh karena itulah, banyak anak-anak di usia ini yang mengalami salah jalan dan salah pergaulan dalam kehidupan mereka hanya untuk bisa diterima di dalam kalangan dan pergaulan tertentu di sekolah mereka, hal ini juga terjadi kepada anak-anak kami.

Dan sebagai informasi tambahan buat Bapak/Ibu semua, anak-anak kami tidak ada yang mempunyai gadget hingga mereka lulus SD. Pada saat SMP inilah mereka mempunyai hak untuk mempunyai gadget pribadi. Anak kami yang pertama langsung secara implisit menyatakan jika diperbolehkan oleh kami untuk dibelikan Iphone terbaru, karena dia merasa Iphone adalah lambang dari gaul dan kesuksesan (padahal anak ini belum jadi apa-apa hahahaha…). Tapi malahan saya membelikan sebuah HP China yang harganya kurang dari Rp 2,5 juta pada saat itu.

Pada saat menerima gadget ini, tampang anak saya ini sudah langsung berubah menjadi cemberut karena tidak sesuai dengan expektasinya. Sedari anak ini kecil, kami selalu memberinya pengarahan tentang apa arti dari kata FUNGSI dan GENGSI, dan saya kembali memberikan pengarahan ini.

Pada awalnya, anak kami ini tidak mau terima tapi lambat laun dia pun bisa menerimanya dan tidak lagi mempersoalkannya. Banyak dari orangtua yang selalu memberikan barang-barang mewah dan terbaik mengatasnamakan kasih sayang, tapi malah pada akhirnya menjerumuskan anak menjadi orang yang tidak bisa membedakan fungsi dan gengsi ini dengan baik dan pada akhirnya tumbuh menjadi anak yang materialistis dan boros.

Saya selalu mengatakan kepada anak-anak kami, jika saya tidak akan pernah memberikan apa yang mereka inginkan tetapi saya akan selalu memberikan apa yang mereka butuhkan, jikalau mereka mau mempunyai barang-barang yang mereka inginkan, mereka harus mencari uang dari keringat mereka sendiri karena saya sangat sadar dan tahu apa ketakutan yang dirasakan semua orangtua terhadap anaknya yaitu adalah kalau kita dipanggil oleh Tuhan tapi kita belum bisa membuat anak-anak kita berdiri di kaki mereka sendiri, betul kan ya?

Oleh karena itulah, mereka harus bisa membedakan antara FUNGSI dan GENGSI ini sedari kecil, karena yang kita inginkan dari mereka adalah, mereka bisa mandiri dan mampu berdiri di kaki mereka sendiri tanpa harus ada orangtua lagi yang menyokongnya. Betul?

Saya selalu teringat dengan pesan dari mentor saya dalam mendidik anak, yaitu

Sometimes to be cruel is to be kind

Saya mohon kepada Anda semua untuk merenungkan kata-kata diatas.

Kembali lagi kepada kasus diatas, jika gadget anak kita tidak selevel dengan teman-temannya, yang perlu ditekankan adalah kita harus memberikan pengertian kepada anak-anak kita tentang fungsi dan gengsi diatas. Orang bisa kaya karena mereka mempunyai mindset kaya terlebih dahulu, salah satunya adalah mereka sangat sadar dan mengerti apa arti kata FUNGSI dan GENGSI ini dengan baik.

Marilah kita memperkenalkan konsep FUNGSI dan GENGSI ini kepada anak-anak kita sedari mereka kecil, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang mempunyai mindset orang kaya terlebih dahulu sebelum mereka kaya dengan usaha mereka sendiri bukan karena menunggu harta warisan dari orangtua mereka.

2 SYARAT UNTUK MENJADI SOSOK OTORITAS

sosok otoritas

Artikel ini menyambung artikel sebelumnya Pentingnya Sosok Otoritas untuk Anak, karena ada salah satu orangtua bertanya kepada kami, “Apa saja syaratnya untuk menjadi sosok otoritas bagi anak?” dan inilah 2 syaratnya:

  1. Kita harus punya kedekatan secara emosional

    Yang dimaksud dengan kata-kata diatas adalah kita harus dekat dengan anak bukan hanya secara fisik tapi juga emosional, dimana mereka selalu merasa kita sebagai ayah atau ibunya selalu hadir pada saat mereka membutuhkan, bukan untuk selalu membantu mereka dan selalu memberikan mereka solusi, namun selalu ada untuk mendengarkan mereka.

    Ingat Bapak/Ibu, sering kali anak-anak kita hanya butuh teman curhat, anak-anak kita hanya butuh didengarkan, anak-anak kita hanya butuh dimengerti.

  2. Mereka harus melihat kita bisa menjadi sosok yang disegani dan dihormati

    Nah, bagaimana caranya? Kita harus menjadi teladan bagi mereka. Karena Children See, Children Do, apapun yang kita lakukan, anak-anak kita akan selalu mencontoh, karena anak-anak kita adalah seorang peniru yang ulung. Sosok yang disegani ini bukan berarti harus menjadi sosok yang ditakuti, bukan ya Bapak/Ibu!

    Tetapi sosok dimana setiap kali mereka melihat dan membayangkan kita, entah mengapa mereka merasa semuanya akan baik-baik saja. Jika mereka merasa kalau kita sudah menjadi sosok yang disegani dan dihormati, maka secara otomatis mereka akan mendengarkan kita, semua kata-kata kita akan langsung menempel di hati mereka.

Biasanya, cara yang paling mudah untuk melihat siapakah sosok otoritas anak kita adalah gaya bicara dan perkataannya. Gaya bicara dan perkataan siapakah yang paling sering ditiru olehnya, biasanya beliaulah sosok otoritas bagi anak kita, walaupun tidak semua kasus seperti itu.

Jika ada lagi yang mau ditanyakan atau ditambahkan, jangan ragu-ragu untuk comment di bawah ya…

PERATURAN PENGGUNAAN GADGET, CARA MEMBUATNYA?

peraturan penggunaan gadget-lawyer

Ada banyak orangtua bertanya kepada saya, “Pak Rudy, bagaimana cara membuat peraturan penggunaan gadget ini kepada anak supaya mereka tidak ketagihan?

Nah, saya akan membongkar jawabannya sekarang juga, tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah, Bapak/Ibu mau cara mudah atau cara susah?

Kalau Bapak/Ibu mau cara mudah, bisa juga, tapi akan susah dalam penerapannya,

lho kok bisa?

Yess Bapak/Ibu, cara mudahnya adalah langsung saja buat peraturan penggunaan gadget ini dan langsung ketok palu dalam grup Whatsapp keluarga, dijamin mereka akan memberontak, apalagi peraturan ini belum dibicarakan dengan pasangan dan Opa Oma (jika mereka tinggal bersama) karena kita akan dianggap sebagai sosok yang otoriter. Anak-anak jaman now selalu mau dilibatkan dalam kebijakan yang akan mempengaruhi hidupnya. Masuk akal ya?

Jadi bagaimana seharusnya, Pak Rudy?

Sebelum membuat peraturan penggunaan gadget ini, Bapak/Ibu perlu mengetahui beberapa hal di bawah ini:

  1. Peraturan yang dibuat bukan hanya untuk anak-anak Anda saja, tetapi berlaku untuk seluruh anggota keluarga termasuk orangtua. Pertanyaannya adalah apakah Bapak/Ibu sudah siap?

     

  2. Ajaklah pasangan Bapak/Ibu untuk membicarakan dulu tentang hal ini, karena orangtua harus kompak dulu sebelum mengadakan rapat keluarga.

     

  3. Setelah papa mama kompak dan sependapat, tantangan selanjutnya adalah meyakinkan Opa dan Oma (kalau tinggal bersama) untuk mendukung hal ini, karena biasanya Opa dan Oma lah yang selalu memanjakan cucu-cucunya dengan memperbolehkan apapun yang dilarang oleh orangtua. Betul?

     

  4. Setelah semuanya setuju dan kompak baru adakan meeting besar dengan semua anggota keluarga untuk membicarakan tentang hal ini. Dan akuilah bukan hanya anak-anak kita yang sudah ketagihan, tetapi kita pun sebagai orangtua sudah ketagihan juga. Benar kan ya Bapak/Ibu?

    Karena kita adalah contoh dan teladan bagi anak-anak kita. Jika kita boleh ketagihan, maka kenapa mereka nggak boleh? Masuk akal kan ya? Jadi persiapkanlah diri Bapak/Ibu semua untuk berpidato di depan seluruh anggota keluarga dengan mengatakan, “Kalau papa dan mama lihat, kita semua ini sudah masuk ke dalam ketagihan gadget, termasuk papa dan mama. Dari kita bangun sampai kita menutup mata untuk beristirahat, kita selalu memegang gadget, betul? Sehingga kita jarang sekali punya waktu dan mengobrol bersama setiap harinya, dan tanpa kita sadari, waktu berjalan begitu cepatnya, adik aja sekarang sudah besar, padahal perasaan baru kemarin lahirnya hehehehe… betul nggak sih? Sebentar lagi kakak juga akan pergi kuliah keluar kota, kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, betul kan? Nah untuk itu papa dan mama mau kita semua berdiskusi bagaimana caranya kita semua bisa punya quality time setiap harinya minimal 1-2 jam saja untuk bercanda, mengobrol, dan lain-lain, setuju?

     

    Lalu biarkan semua anggota keluarga mencurahkan isi hatinya dan boleh memberikan ide tanpa kita potong lalu kita catat.
  5. Setelah proses brainstorming itu sudah selesai dilakukan, barulah kita masuk ke dalam tahapan pembuatan undang-undang yang akan segera berlaku (ini prosesnya sudah kayak UU CIPTAKER saja ya hahahaha… Ya memang begitulah seharusnya).

     

  6. Print peraturan yang sudah disepakati bersama tersebut, lalu tempel di kulkas, dan di tempat-tempat strategis lainnya dan sebarkan di grup Whatsapp keluarga dan diberi bintang.

     

  7. Taati peraturan tersebut dan sebisa mungkin jangan pernah memberikan toleransi untuk pelanggaran karena begitu satu melanggar dan diberi toleransi, maka kacaulah sudah.

     

  8. Untuk itu, buatlah kesepakatan bersama, jika ada anggota keluarga yang melanggar, apa hukumannya dan apa rewardnya jika semuanya bisa melakukannya dengan baik. Jadinya peraturan ini akan dibawa fun oleh semuanya.

Apakah Bapak/Ibu mau saya sharingkan contoh panduan peraturannya seperti apa sehingga mungkin saja ini bisa menjadi panduan Bapak/Ibu?

Kalau Bapak/Ibu mau, silahkan ketik MAU di comment ya… Kalau sudah cukup banyak yang mau, saya akan bahas di artikel selanjutnya.

MOBILE LEGENDS, APA SIH DAMPAK POSITIF DAN NEGATIFNYA?

mobile legends

Saat ini game dan anak remaja adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pasti ada saja game atau aplikasi yang sering dimainkan oleh anak kita, salah satunya adalah Mobile Legends. Daripada Bapak/Ibu marah-marah terus, mendingan kita coba kupas yah, apa sih dampak positif dan negatif dari Game Mobile Legends yang dimainkan oleh anak kita, supaya kita bisa masuk ke dunia anak kita dengan mudah karena kita tidak bisa melarang mereka untuk bermain game. Semakin dilarang semakin menjadi. Tapi kita sebagai orangtua bisa membatasi anak-anak kita untuk jangan sampai kecanduan.

Dampak Positif Mobile Legend

  • Melatih Kesabaran

    Dengan bermain game ini, anak kita mungkin dapat belajar untuk melatih kesabaran. Contoh kecil melatih kesabaran dengan game Mobile Legends adalah saat anak kita sedang asik bermain, tapi terganggu dengan koneksi internet yang sering terputus, maka bersabarlah.
  • Pantang Menyerah

    Anak kita pasti pernah mengalami saat dimana team anak kita dibantai habis oleh musuh kan? Disitulah anak kita akan belajar untuk menjadi orang yang pantang menyerah, sedikit demi sedikit berusaha mengembalikan keadaan.

  • Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

    Saat-saat dimana anak kita dihadapkan dengan musuh di medan perang, disitulah anak kita akan berpikir dengan berbagai cara untuk menentukan kapan harus menyerang, kapan harus mundur dengan perhitungan yang matang.

Dampak Negatif Mobile Legend

  • Kesehatan Menurun

    Saat anak kita telah kecanduan game, secara tidak langsung anak kita akan selalu fokus bermain hingga menyita waktu istirahat khususnya tidur, selain itu juga waktu makan dan olahraga. Hal inilah yang selanjutnya akan berdampak buruk untuk kesehatan anak kita.
  • Waktu yang Terbuang

    Memang game dapat mengisi waktu luang anak kita yang mungkin membosankan, tapi disisi lain setelah anak kita kecanduan bermain game, waktu anak kita secara tidak sadar akan terbuang sia-sia. Misalnya saja waktu untuk bercengkerama bersama keluarga, atau orang-orang tersayang.
  • Gaming Disorder

    Gaming disorder adalah salah satu gangguan yang muncul akibat seseorang kecanduan terhadap game. Gangguan ini akan menghasilkan kerusakan yang cukup parah bagi pribadi, keluarga, hubungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan aspek penting lainnya. Dampak buruk ini kira-kira akan terjadi sedikitnya 12 bulan.

    Mungkin saat ini, angka penyebaran gaming disorder sendiri masih kecil jumlahnya, akan tetapi seiring bertambahnya waktu pengidapnya pun tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah.

Tak tanggung-tanggung, jika anak kita bermain game tanpa memperhatikan durasi waktu dan terus menerus menambah durasi tentunya akan mengganggu kesehatan fisik, psikologi, dan fungsi sosial anak kita.

Selain memberikan dampak positif, disisi lain dampak negatif bermain game pun juga tak kalah menakutkan. Ada baiknya bagi anak kita para pecinta game untuk lebih berhati-hati dan lebih bijaksana dalam menyikapinya.

Apakah Bapak/Ibu setuju dengan artikel diatas? Silahkan balas di comment ya…

10 BAHAYA GADGET BAGI ANAK DI BAWAH 12 TAHUN

Bahaya Kecanduan Game dan Gadget

95% anak remaja di Indonesia tidak bisa hidup tanpa gadget. WHO (World Health Organization) sudah menetapkan kecanduan game dan gadget sebagai gangguan mental. Apakah Anda juga tahu jika di Indonesia, sudah ada rumah sakit yang khusus menangani anak-anak yang kecanduan game dan gadget dan pasiennya semakin hari semakin bertambah?

Boleh dikatakan bahwa saat ini, kecanduan game dan gadget sudah sama dengan kecanduan NARKOBA atau sering disebut sebagai NARKOLEMA atau Narkotika lewat mata.

Bahaya penggunaan gadget pada anak sebaiknya dihindari dengan cara tidak membiarkan mereka terpapar teknologi tersebut secara berlebihan. Apalagi diberi hak kepemilikan saat usia mereka masih di bawah 12 tahun, karena bisa menghambat tumbuh kembang otak, mental, bahkan fisiknya.

Akademi Dokter Anak Amerika dan Perhimpunan Dokter Anak Kanada menegaskan,

  • anak umur 0-2 tahun tidak boleh terpapar oleh teknologi sama sekali.

  • Anak umur 3-5 tahun dibatasi menggunakan teknologi hanya satu jam per hari.

  • Dan anak umur 6-18 tahun dibatasi 2 jam saja perhari.

Anak-anak dan remaja yang menggunakan teknologi melebihi batas waktu yang dianjurkan, memiliki risiko kesehatan serius yang bisa mematikan. Berikut ini adalah 10 bahaya penggunaan gadget pada anak, yang bersumber dari berbagai penelitian. Sehingga bisa menjadi alasan kuat kenapa orangtua sebaiknya tidak memberikan gadget pada anak sebelum usia 12 tahun.

  1. Mengganggu pertumbuhan otak anak

    Pada usia 0-2 tahun, otak anak bertumbuh dengan cepat hingga dia berusia 21 tahun. Perkembangan otak anak sejak dini dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan. Stimulasi berlebih dari gadget (hp, internet, tv, ipad, dll) pada otak anak yang sedang berkembang, dapat menyebabkan keterlambatan koginitif, gangguan dalam proses belajar, tantrum, meningkatkan sifat impulsif, serta menurunnya kemampuan anak untuk mandiri.

  2. Tumbuh kembang yang lambat

    Bahaya penggunaan gadget pada anak, juga membatasi gerak fisiknya. Yang membuat tumbuh kembang fisik anak menjadi terlambat. Paparan teknologi sejak dini juga mempengaruhi kemampuan literasi dan prestasi akademik anak secara negatif. 
  1. Obesitas

    Penggunaan televisi dan video game berkaitan dengan meningkatkatnya kasus obesitas pada anak. Alat elektronik yang dipasang di kamar anak dan bisa diakses secara pribadi dapat meningkatkan risiko obesitas sebanyak 30%. 30% anak yang menderita obesitas, akan mengalami diabetes, hingga memiliki risiko tinggi stroke dini atau serangan jantung, serta usia harapan hidup yang rendah.
  1. Kurang tidur

    75% anak usia 9-10 tahun mengalami kurang tidur karena penggunaan teknologi tanpa pengawasan. Kekurangan tidur akan berdampak buruk pada nilai sekolah mereka karena otak berkembang dengan baik saat tidur, dan anak butuh tidur yang cukup agar otaknya bisa berfungsi dengan baik.
  1. Kelainan mental Penelitian

    Bristol University tahun 2010 mengungkapkan, bahaya penggunaan gadget pada anak dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, kurang atensi, autisme, kelainan bipolar, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya.

  2. Sifat agresif

    Konten di media yang bisa diakses anak, dapat menimbulkan sifat agresif pada anak. Kekerasan fisik dan seksual banyak tersebar di internet, dan jika tidak dilakukan pengawasan, anak bisa terpapar itu semua sehingga memicu timbulnya perilaku agresif dan cenderung menyerang orang lain pada anak.

  3. Kecanduan

    Ketika orangtua terlalu bergantung pada teknologi, mereka akan semakin jauh dari anak. Untuk mengisi kekosongan ikatan dengan orangtua, anak juga mulai mencari penghiburan dari gadget, yang pada akhirnya membuat mereka kecanduan teknologi, dan tidak bisa lepas darinya.
  1. Pikun digital

    Kecepatan konten di media, membuat anak memiliki attention span yang pendek. Dia jadi tidak fokus pada satu hal, dan mudah berganti fokus. Hal ini menurunkan kemampuan konsentrasi dan memori sehingga membuat anak susah memusatkan perhatian.
  1. Radiasi emisi

    Pada bulan Mei 2011, WHO memasukkan ponsel dan gadget tanpa kabel lainnya dalam kategori Risiko 2B (penyebab kemungkinan kanker) karena radiasi emisi yang dikeluarkan oleh alat tersebut.

    James McNamee dari Lembaga Kesehatan Kanada, memberi peringatan pada 2011 “Anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi dibanding orang dewasa. Karena otak anak dan sistem imun mereka masih berkembang. Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa risiko pada anak sama dengan risiko pada orang dewasa.
  1. Proses belajar yang tidak berkelanjutan

    Penggunaan teknologi yang berlebihan pada anak, bisa membuat proses belajarnya tidak kontinu karena teknologi ini membuat segalanya menjadi lebih mudah, sehingga otak anak tidak terasah disebabkan kemudahan yang ditawarkan untuk mencari jalan pintas.

Yuk comment dan ceritakan dibawah ya jika memang anak sudah masuk ke dalam salah satu 10 bahaya tersebut.

Apakah Bapak/Ibu ada mengetahui bahaya lain selain 10 bahaya di atas? Yuk sharing ya supaya para orang tua lain juga mengetahui informasi tersebut.

ANAK SUDAH SIAP MENGHADAPI MASA DEPAN?

Bagaimana cara melemahkan sebuah bangsa yang besar?

Buat generasi mudanya tergantung dan kecanduan akan narkoba dan NARKOLEMA, atau narkotika lewat mata, lewat gadget dan game.

Presiden Soekarno pernah berkata,

“Beri aku 1000 orangtua,
niscaya akan aku cabut SEMERU dari akarnya,
Beri aku 10 Pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!”

Apa sih maksud dari pernyataan dari Presiden Soekarno?

Pemuda adalah
generasi penerus bangsa

Pemuda adalah
harapan bangsa

Pemuda adalah
segalanya bagi bangsa ini.

Jatuh bangunnya bangsa ini, hebat tidaknya bangsa ini, masa depan bangsa ini, terletak di tangan generasi mudanya!

Apakah Bapak/Ibu tahu jika di tahun 2030 nanti, Indonesia diramalkan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di dunia, mengalahkan bangsa-bangsa yang lain?

Dan bangsa Indonesia juga akan mengalami suatu masa yang tidak akan terulang lagi selama kita hidup yaitu adalah bonus demografi, dimana jumlah usia penduduk yang masuk dalam usia produktif jauh lebih besar daripada jumlah penduduk non produktif.

Singkatnya, selama terjadi Bonus Demografi tersebut komposisi penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok usia produktif yang bakal menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi kita.

Negara-negara maju seperti Jepang, Kanada, atau negara-negara Skandinavia tak lagi produktif karena kelompok usia produktifnya terus menyusut. Anak-anak kita hidup di jaman yang tepat karena mereka akan menyongsong Indonesia EMAS di masa depan mereka.

Nah yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah bangsa-bangsa lain akan rela begitu saja melihat bangsa ini menjadi bangsa yang makmur dan menjadi bangsa yang disegani seperti yang pernah dicita-citakan oleh proklamator kita dulu?

Tentunya tidak bukan?

Karena jika bangsa kita ini menjadi bangsa yang besar, makmur dan kuat, maka yang dikhawatirkan oleh mereka adalah semua investasi akan pindah ke negara kita, dan mereka yang selama ini menikmati kekayaan alam Indonesia tinggal gigit jari dan menjadi penonton. Oleh karena itulah mereka berlomba-lomba untuk melemahkan bangsa ini dengan berbagai cara, karena bonus demografi ini bisa menjadi bencana demografi jika pemudanya tidak siap untuk menyambut dan memanfaatkannya.

Jadinya mereka akan menyerang generasi muda kita dari sekarang.

Dengan cara apa?

Dengan 2 cara yaitu dengan NARKOBA dan Ketergantungan pada Gadget dan Game atau sering disebut sebagai NARKOLEMA, NARKOTIKA LEWAT MATA.

Mengapa saya bisa mengatakan demikian?

Karena saya sangat suka Sejarah dan Sejarah akan terus kembali berulang, makanya Presiden Soekarno selalu mengatakan, JASMERAH

Jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah.

Sejarah pernah mencatat jika bangsa Inggris pernah menguasai bangsa China di tahun 1800an. Bagaimana caranya bangsa Inggris melemahkan dan menguasai bangsa China di tahun 1800an?

Hanya satu caranya, dengan membuat rakyatnya terutama generasi mudanya menjadi orang yang pemalas dan hanya mau berada di zona nyamannya.

Bagaimana caranya?

Dengan menyebarkan Opium atau candu kepada rakyat China saat itu. Alhasil, Bangsa China yang besar menjadi bangsa yang lemah karena candu pada saat itu, sehingga gampang dikuasai dan diperas sumber dayanya.

Nah praktek yang kurang lebih sama juga terjadi sampai sekarang di negara kita. Negara kita harus dilemahkan lewat generasi mudanya dengan narkoba dan kecanduan akan game dan gadget atau yang sering disebut sebagai narkolema (narkoba lewat mata).

Makanya Bapak/Ibu, ayo kita rebut anak-anak kita dari cengkraman mereka yang tidak ingin melihat bangsa kita ini menjadi bangsa yang maju, kuat dan makmur.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Kalau bukan kita, siapa lagi?

Sangat mengerikan sekali kan Bapak/Ibu!

Yuk comment di bawah dan juga mention teman-teman lainya yang sangat membutuhkan informasi ini.

PENTINGNYA SOSOK OTORITAS UNTUK ANAK

Pada saat saya mengadakan parenting seminar lewat zoom beberapa waktu yang lalu, ada seorang ibu yang bertanya kepada saya, “Pak Rudy, anak saya sekarang sudah menginjak SMA, bagaimana caranya membuat anak saya berhenti dari kecanduan gadget. Anak saya saat ini sudah mogok sekolah dan setiap kali saya melarang dia untuk bermain gadget, anak saya langsung mengamuk dan membanting-banting barang, bahkan saya pernah sempat mau dipukul olehnya, tolong pak Rudy!

Lalu entah mengapa saya langsung bertanya, “Saya mohon maaf sebelumnya, apakah Ayahnya masih ada?” Lalu sang Ibu pun menjawab, “Ayahnya sudah tidak ada lagi semenjak anak saya berusia 5 bulan.Nahhh ini dia yang menjadi pangkal masalahnya, karena anaknya tumbuh besar tanpa adanya sosok otoritas (sosok yang disegani dan dihormati oleh anak kita), karena ibunya sudah pasti bukan sosok otoritas bagi anaknya karena kemungkinan besar selalu memberikan apa yang anaknya inginkan karena harus bekerja siang dan malam, sehingga tidak punya waktu untuk anaknya sehingga menjadi orangtua yang terlalu permissive dan toleran sehingga kebablasan.

Jika ayah atau ibunya sudah tidak ada lagi, maka sosok otoritas ini harus digantikan dengan pihak luar seperti paman, bibi atau gurunya.

Apa sih yang dimaksud dengan sosok otoritas ini? Mengapa penting sekali untuk anak-anak kita terutama dalam menghadapi musim pencarian jati diri anak atau masa remaja?

Untuk menjawabnya saya mau bertanya dulu kepada Bapak/Ibu semua, pada saat kita remaja dulu, apakah ada orang yang sangat kita segani dan sangat kita hormati? Pastinya ada bukan? Sosok itu bisa ayah kita, ibu kita, atau paman, atau guru kita. Setiap kali mereka berbicara sesuatu, entah mengapa kita langsung mendengarkannya dan sebisa mungkin merubah perilaku kita, bukan karena kita takut akan beliau, tetapi karena kita segan terhadapnya. Masuk akal?

Tetapi menurut pengamatan saya, banyak sekali orangtua yang saat ini tidak bisa tampil sebagai sosok otoritas bagi anaknya, karena berbagai macam alasan seperti :

  1. Tidak punya waktu untuk anak.

    Hal inilah yang menjadi dasar dari semuanya. Banyak orangtua saat ini terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga malam hari dengan alasan untuk kesejahteraan anak juga, sehingga anak jadi tidak dekat kepada orangtuanya. Mereka selalu membelikan mainan yang mahal kepada anaknya, tetapi jarang bermain dengan anak-anaknya. Makanya ada salah satu anak camp kami yang bilang, “Aku tidak butuh mainan dari papa, aku hanya ingin bermain dengan papa”.

  2. Tidak pernah tampil sebagai orangtua yang disegani oleh anak.

    Anak-anak kita butuh sosok yang mereka bisa teladani dan mereka bisa contoh bagaimana caranya bersikap kepada orang lain, terutama kepada pasangan hidupnya, kepada Opa Omanya, kepada supir dan pembantu, dan kepada orang banyak. Jika kita selalu memperlihatkan kepada mereka betapa buruknya perlakuan kita kepada orang lain, mereka pun akan mengikuti teladan yang kita berikan, jadinya kita sebagai orangtua harus memberikan teladan kepada anak-anak kita dengan selalu memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

  3. Selalu menyerahkan kendali untuk mendidik anak kepada pihak lain.

    Banyak orangtua saat ini karena mereka terlalu sibuk dalam bekerja, selalu menyerahkan kendali untuk mendidik anak kepada guru di sekolah, kepada suster yang mengurus anak kita dan selalu mengatakan, “Saya sudah bayar mahal, sudah seharusnya anak saya dididik dengan benar donk!

Itulah 3 alasan mengapa kita tidak bisa tampil sebagai sosok otoritas bagi anak-anak kita karena sekali lagi, anak-anak kita butuh figur atau sosok yang disegani dan dihormati olehnya, sehingga pada saat mereka keluar dari jalur yang seharusnya, mereka bisa dikembalikan ke relnya dengan dibantu oleh sosok otoritas ini. 

Tetapi bagaimana donk Pak kalau saat ini kita sebagai orangtua bukanlah sosok otoritas bagi mereka?

Ya cari siapa yang bisa menjadi sosok otoritas buat anak-anak kita, bisa guru di sekolah mereka, bisa guru di komunitas mereka seperti di masjid, gereja, vihara, pura, dan lain-lain, atau juga melalui mentor atau juga coach dalam program-program remaja saat ini.

Kami sudah terbiasa dalam menjadi penengah antara anak-anak dengan orangtua sehingga kami semua bisa mengambil jalan tengahnya. Kalau kami lihat dan perhatikan, hampir sebagian besar keluarga di Indonesia memerlukan pihak ketiga dalam mendidik anak-anaknya karena entah mengapa orang lain lebih didengar oleh anak-anak kita pada saat ini daripada orangtua mereka. Oleh karena itulah, ada pepatah mengatakan,

Seorang Nabi tidak diterima di kampungnya sendiri

Masuk akal kan ya?

JANGAN PERNAH MEMBERIKAN REWARD TERHADAP PERILAKU BURUK ANAK!

Saya pernah mengajar anak dari Makassar, katakan saja namanya Alex. Pada waktu itu, Alex berusia 10 tahun dan Alex adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat berkecukupan. Apalagi ditambah dengan Opa Omanya adalah orang yang sangat dipandang disana. Karena mempunyai rumah yang sangat besar, Opa Omanya Alex meminta keluarga Alex untuk tinggal bersama namun di rumah yang terpisah. Nah ini adalah pangkal dari masalahnya.

Alex sangatlah dimanja oleh opa dan omanya, apapun keinginan Alex selalu dituruti oleh Opa Omanya. Dan setiap kali orangtua Alex melarang Opa Omanya untuk membelikan Alex barang yang diinginkan olehnya, Opa Omanya tetap saja membelinya dan selalu mengatakan, “Saya kan juga punya uang, apapun yang diinginkan oleh cucu saya, saya akan belikan, walaupun anak saya melarangnya!

Pada awalnya, hal ini berjalan baik-baik saja, sampai Alex kecanduan dengan Ipadnya. Apapun yang dilakukan oleh Alex, harus selalu ditemani oleh Ipadnya. Bahkan Alex tidak mau gosok gigi jika tidak ada Ipad di depannya. Ditambah lagi, karena orangtua Alex harus bekerja, Alex diasuh oleh Opa Omanya yang selalu memanjakan Alex. Jadinya setiap kali Alex menangis dan tantrum, Opa Omanya selalu memberikan Ipadnya kepada Alex, dan SIM SALABIM! Alex langsung diam dan berhenti dari tantrumnya.

Sesaat ini adalah obat mujarab untuk mengatasi tantrumnya Alex, namun hal ini menjadi boomerang yang mereka akan dapatkan kedepannya. Terbukti Alex semakin menjadi-jadi.

Pada puncaknya, Alex sampai memukul-mukul, mencakar, dan menggigit orangtuanya setiap kali gadgetnya diambil dan sudah tidak mau menggosok giginya dan sudah tidak mau lagi untuk mandi, sehingga seperti anak yang tidak terurus. Hal inilah yang membuat orangtua Alex ikut parenting seminar saya di Makassar pada waktu itu dan pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada saya tentang solusi dari tantangan ini.

Saya cuma mengatakan 2 hal yaitu:

  1. Kalau mau Alex berubah, jangan pernah biasakan memberikan apa yang Alex mau setiap kali tantrum dan mengamuk karena gadgetnya diambil karena harus mandi, gosok gigi dan juga belajar dan hal lainnya. Biarkan Alex mengamuk dan selalu katakan, “Kamu minta baik-baik saja, belum tentu papa mama kasih, apalagi dengan cara kamu seperti ini, sudah pasti tidak akan papa mama kasih”, dan kita harus konsisten dengan pendirian kita ini.

  2. Buat kesepakatan bersama dengan Opa Omanya dalam hal mendidik Alex.

    Jika Opa Oma tidak mau bekerja sama, maka kalau bisa keluarlah dari rumah itu dan didiklah Alex sesuai dengan peraturan yang ada. Mama dan Papa saja sudah merupakan 2 kepribadian dan pemikiran yang berbeda, apalagi ditambah dengan kehadiran Opa Oma yang tidak sinkron dengan pengajaran dan pemikiran orangtua. Kita membutuhkan kekompakan dengan semua pihak yang terkait jika mau membuat anak tumbuh dengan sebagaimana mestinya.

Pada akhirnya Alex didaftarkan dalam program Camp selama 6 hari 5 malam. Pada hari pertama dan kedua, Alex selalu menangis dan selalu minta untuk pulang, dan ini terjadi kepada banyak anak seusia Alex setiap pertama kali ikut dalam Camp kami, karena mereka belum terbiasa berpisah dengan orangtua. Namun pada saat di hari ketiga, Alex sudah mulai bisa tenang dan bisa mengikuti program dengan sangat baik sekali. Alhasil, Alex mendapatkan banyak pujian dan medali untuk perjuangannya itu.

Sepulang dari Camp, perubahan Alex sangatlah banyak sekali, mulai dari bisa mengatur waktunya dengan baik, sudah mau gosok gigi dan mandi, dan sudah mulai lepas dari ketergantungannya dengan gadget.

Namun namanya juga manusia apalagi anak-anak, pasti akan ada UP and DOWNnya. Namun kali ini ada yang berbeda, sewaktu Alex tantrum karena gadget, orangtua dengan tegas tidak memberikan apa yang Alex inginkan dan kali ini Opa Omanya sudah tidak ikut campur lagi, dan alhasil Alex saat ini menjadi lebih penurut dan bisa menahan diri untuk tidak selalu memegang Ipadnya karena sudah tidak ada ‘backingan’ lagi, dan tantrumnya sudah menghilang, mengapa?

Karena Alex tidak pernah diberikan ‘reward’ setiap kali Alex mengamuk karena gadget.

Yang hebat bukanlah kami, tetapi yang hebat adalah kedua orangtuanya yang mau merubah cara mereka dalam mendidik Alex.

Jadi sekali lagi Bapak/Ibu, setiap kali anak kita tantrum karena meminta gadget, atau karena dilarang bermain gadget, apapun yang terjadi jangan pernah memberikan apa yang mereka inginkan. Dengan begitu mereka belajar sesuatu, yaitu mereka minta baik-baik saja belum tentu dikasih, apalagi dengan cara mereka yang mengamuk seperti ini, sudah pasti tidak akan dikasih. Dengan cara seperti inilah mereka baru bisa berubah, karena mereka sadar apa yang mereka lakukan tidak akan membuahkan hasil, oleh karena itulah mereka pasti akan merubah caranya. Masuk akal?

ANAK DIBULLY KARENA HP-NYA TIDAK SELEVEL DENGAN TEMAN-TEMANNYA?

bully, attack, aggression

Untuk menjawabnya saya akan menggunakan sebuah cerita.

Kami mempunyai 3 orang anak, anak pertama dan kedua adalah kembar dan sudah beranjak remaja, saat ini mereka duduk di kelas 7 SMP. Kami mempunyai tantangan dalam menghadapi anak yang pertama, karena sedari kecil sudah terlihat sekali jika anak ini selalu memandang segalanya harus keren dan bermerek, mulai dari pemilihan hotel tempat kami menginap hingga baju dan sepatu pun dia hanya mau memilih yang paling mahal.

Nah puncaknya pada saat dia beranjak remaja, karena di tahap inilah, mereka sedang mencari jati diri dan ingin terlihat keren dan berbeda dari teman-temannya. Oleh karena itulah, banyak anak-anak di usia ini yang mengalami salah jalan dan salah pergaulan dalam kehidupan mereka hanya untuk bisa diterima di dalam kalangan dan pergaulan tertentu di sekolah mereka.

Hal ini juga terjadi kepada anak-anak kami, dan sebagai informasi tambahan buat Bapak/Ibu semua, anak-anak kami tidak ada yang mempunyai gadget hingga mereka lulus SD. Pada saat SMP inilah mereka mempunyai hak untuk mempunyai gadget pribadi.

Anak kami yang pertama langsung secara implisit menyatakan jika diperbolehkan oleh kami untuk dibelikan Iphone terbaru, karena dia merasa Iphone adalah lambang dari gaul dan kesuksesan. Padahal anak ini belum jadi apa-apa hahahaha…

Tapi malahan saya membelikan sebuah HP China yang harganya kurang dari Rp 2,5 juta pada saat itu. Pada saat menerima gadget, tampang anak saya ini sudah langsung berubah menjadi cemberut karena tidak sesuai dengan expektasinya.

Sedari anak ini kecil, kami selalu memberinya pengarahan tentang apa arti dari kata fungsi dan gengsi, dan saya kembali memberikan pengarahan ini.

Pada awalnya, anak kami ini tidak mau terima tapi lambat laun dia pun bisa menerimanya dan tidak lagi mempersoalkannya.

Banyak dari orangtua yang selalu memberikan barang-barang mewah dan terbaik mengatasnamakan kasih sayang, tapi malah pada akhirnya menjerumuskan anak menjadi orang yang tidak bisa membedakan fungsi dan gengsi ini dengan baik dan pada akhirnya tumbuh menjadi anak yang materialistis dan boros.

Saya selalu mengatakan kepada anak-anak kami, jika saya tidak akan pernah memberikan apa yang mereka inginkan tetapi saya akan selalu memberikan apa yang mereka butuhkan, jikalau mereka mau mempunyai barang-barang yang mereka inginkan, mereka harus mencari uang dari keringat mereka sendiri karena saya sangat sadar dan tahu apa ketakutan yang dirasakan semua orangtua terhadap anaknya yaitu adalah kalau kita dipanggil oleh Tuhan tapi kita belum bisa membuat anak-anak kita berdiri di kaki mereka sendiri, betul kan ya?

Oleh karena itulah, mereka harus bisa membedakan antara FUNGSi dan GENGSI ini sedari kecil, karena yang kita inginkan dari mereka adalah mereka bisa mandiri dan mampu berdiri di kaki mereka sendiri tanpa harus ada orangtua lagi yang menyokongnya, betul?

Saya selalu teringat dengan pesan dari mentor saya dalam mendidik anak, yaitu

“Sometimes to be cruel is to be kind”

Saya mohon kepada Anda semua untuk merenungkan kata-kata diatas.

Kembali lagi kepada kasus diatas, jika gadget anak kita tidak selevel dengan teman-temannya, yang perlu ditekankan adalah kita harus memberikan pengertian kepada anak-anak kita tentang fungsi dan gengsi diatas.

Orang bisa kaya karena mereka mempunyai mindset kaya terlebih dahulu,

salah satunya adalah mereka sangat sadar dan mengerti apa arti kata FUNGSI dan GENGSI ini dengan baik.

Marilah kita memperkenalkan konsep FUNGSI dan GENGSI ini kepada anak-anak kita sedari mereka kecil, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang yang mempunyai mindset orang kaya terlebih dahulu sebelum mereka kaya dengan usaha mereka sendiri bukan karena menunggu harta warisan dari orangtua mereka.