ANAK SAYA MAU JADI PEMAIN GAME PROFESSIONAL?!

e-sports-pemain-game-professional

Saya yakin banyak dari Bapak/Ibu semua yang galau jika ada anaknya yang menyatakan jika dia ingin menjadi seorang pemain game professional alias atlet e-sport, ya nggak? Hahahaha… Karena di saat ini, atlet e-sport banyak yang digandrungi oleh orang di dunia ini, mulai dari anak remaja hingga orang dewasa. Yang Bapak/Ibu nggak setuju adalah kecanduan game-nya kan? Tapi apakah Bapak/Ibu tahu jika pemain game professional bisa mendapatkan uang hingga Rp 45M per tahun? Atau hampir Rp 4M per bulan. Sebuah angka yang sangat fantastis bukan untuk sebuah pekerjaan? Tapi ini hanya berlaku untuk para pemain game profesional atau atlet e-sport yang sering memenangkan banyak kejuaraan di dunia, banyak juga para gamers yang sama sekali tidak menghasilkan, apalagi para gamers ini yang hanya bermain di warnet atau di kamarnya yang dingin, menghabiskan waktu dan uang dan hanya sekedar mimpi di siang bolong untuk menjadi seorang atlet e-sport, betul kan yah Bapak/Ibu?

Saya yakin ini pulalah yang membuat kita kesal sama anak kita yang mau menjadi atlet e-sport tapi sama sekali belum punya prestasi dan tidak menghasilkan, hanya menjadi penikmat dari game itu saja, dan hanya OMDO (OMong DOang).

Tetapi kalau anak kita bisa mempunyai prestasi dan bisa terbukti menghasilkan, apakah Bapak/Ibu mau mendukung mereka? Tolong jawab di comment ya…

Dan sebagai informasi tambahan juga, untuk pertama kalinya, pada saat Asian Games di 2019 yang lalu, e-sport diikutkan menjadi cabang olahraga yang dilombakan, dan kabarnya, Olimpiade juga berencana akan memasukkan e-sport sebagai cabang olahraga yang dilombakan.

Saya sering mengadakan camp untuk remaja dan banyak dari mereka yang ingin menjadi seorang atlet e-sport dan banyak dari orangtua yang menentangnya. Saya selalu mengatakan kepada mereka, “orangtua kalian hanya melihat kalian sebagai penikmat dari game itu dan hanya mimpi di siang bolong, mereka perlu diperlihatkan bukti berupa prestasi yang bisa kalian capai di dunia itu dan mereka perlu diperlihatkan bukti berupa hasil yang bisa kalian capai dalam menjadi seorang atlet e-sport itu.”

Saya sangat mendukung Bapak/Ibu untuk menentangnya jika mereka hanya sekedar sebagai penikmat dan hanya sekedar ikut-ikutan saja apalagi setelah tahu penghasilan yang bisa diterima oleh seorang atlet e-sport.

Sekali lagi kita sebagai orangtua pasti akan mendukung cita-cita anak-anak kita selama itu membawa dampak positif bagi masa depan mereka kelak, bukan?

Sekali lagi Bapak/Ibu semua, anak kita lahir di jaman yang sama sekali berbeda dengan jaman pada saat kita dilahirkan, banyak pekerjaan baru yang saat ini ada yang dulunya tidak ada.

Yang menjadi tantangannya adalah, biasanya semua cabang olahraga dimanapun juga di dunia ada batasan umurnya, dimana kita harus pensiun, dan biasanya harus pensiun di usia yang muda atau 30-an tahun, maksimal 40 tahun. Nah… yang menjadi tantangannya adalah penghasilan mereka yang besar itu tidak boleh mereka gunakan untuk foya-foya seperti banyak atlet bidang olahraga lain yang pada akhirnya jatuh miskin pada akhirnya, tetapi harus diinvestasikan menjadi asset.

Mereka harus punya goal setting yang jelas, mau kemana setelah mereka pensiun muda, apakah mau menjadi seorang pelatih e-sport atau mau punya team dan lain sebagainya.

Tapi tunggu dulu Bapak/Ibu!
Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah anak kita memang mempunyai POTENSI UNGGUL di bidang e-sport atau potensi unggul mereka dalam bidang lain yang belum pernah mereka tahu sebelumnya?

Atau hanya minat sesaat yang bukan berasal dari dalam diri mereka dimana hanya mengikuti pergaulan saja untuk bisa diterima oleh ganknya?

Tentunya kalau mau menjadi seorang atlet e-sport yang berhasil, mereka harus punya MINAT dari dalam, didukung oleh BAKATnya, didukung pula oleh GAYA BELAJARnya terutama harus punya kecepatan di tangan atau kinesthetic tactile dan bidang ini merupakan POTENSI UNGGULnya.

Nah bagaimana cara mengetahuinya?

Kami punya kabar gembira nih Bapak/Ibu, sebagai solusi dari ke semua hal diatas, kami ada kelas khusus Menemukan dan Mengoptimalkan Minat, Bakat dan Potensi Unggul Anak Semenjak Dini sehingga mereka bisa sukses dan bahagia di usia muda mereka, yang bisa Anda dapatkan di platform e-learning kami.

Silahkan click link berikut untuk mempelajarinya secara lebih mendetail.

Sekali lagi, jika ada yang ingin ditanyakan atau ditambahkan, silahkan comment di bawah ya…

“ANAK SAYA CITA-CITA YOUTUBER!”

youtuber, computer, filmmaker

Pada suatu pagi, tiba-tiba anak saya yang ketiga yang berusia 9 tahun, datang menghampiri saya dan berkata, “Pi, I wanna be a YouTuber” sontak saja saya kaget dengan pernyataan anak saya yang bungsu ini.

Pada awalnya saya tidak bisa menerima permintaan ini, dan langsung membuat raut wajahnya menjadi sedih dan tidak bersemangat. Setelah beberapa lama saya renungkan, pada akhirnya saya kembali memanggil anak saya yang bungsu ini dan kembali menanyakan tentang permintaannya untuk menjadi seorang YouTuber. Dengan wajah yang masih kesal dan down, anak saya ini berkata “No, i don’t wanna be a YouTuber anymore, because you don’t want me to become that” lalu saya sambil menenangkan anak ini dan saya berjanji akan mendengarkan tanpa menghakimi dan memotong pembicaraan tentang cita-citanya ini.

Lalu anak saya ini kembali bercerita tentang cita-citanya dan betapa banyak orang yang bisa menjadi hebat dan memiliki subscriber banyak di YouTube. Dan kebetulan memang anak saya ini sangatlah extrovert dan sangat suka mengomentari apapun yang dilihatnya dan sangat suka vlogging dengan menggunakan gadget yang dia pinjam dari saya atau dari kakaknya. Dan anak ini juga sangat suka tantangan dan petualangan, bahkan bersepeda di dalam komplek rumah saya pun dia akan selalu meminjam gadget untuk merekam berbagai kejadian yang terjadi.

Banyak dari kita sebagai orangtua, hanya mau mendengar apa yang ingin kita dengar dan hanya ingin melihat apa yang ingin kita lihat,

oleh karena itulah kita cenderung emosi dan cenderung tidak sependapat setiap kali kita mendengar dan melihat apa yang kita tidak inginkan, tanpa mendengarkan anak terlebih dahulu.

Seringkali, anak-anak kita tidak membutuhkan solusi dari kita sebagai orangtuanya, mereka hanya membutuhkan kedua telinga dan perhatian kita untuk mendengarkan mereka dengan penuh ketertarikan, karena mereka bisa melihat dan merasakan apakah kita tertarik atau tidak dengan apa yang mereka bicarakan.

Anak kita hidup di jaman yang sudah berbeda dengan jaman pada saat kita dibesarkan. Coba kita lihat, berapa banyak pekerjaan yang sudah hilang pada saat ini, dan berapa banyak pekerjaan baru yang lahir pada saat ini, mereka yang kaya dan hebat bukan lagi milik para dokter dan insinyur, tetapi apapun profesinya bisa mendatangkan banyak uang jika memang mereka lakukan dengan cinta dan ketekunan.

Yang saya minta dari Bapak/Ibu adalah dengarkan mereka saja terlebih dahulu, dan buatlah mereka memiliki tujuan dan bagaimana cara mencapainya. Bantulah mereka dalam membuat account di YouTube dan bantulah mereka untuk bagaimana cara merekam dan meng-upload-nya di YouTube, bagaimana cara mengedit video, dan hal-hal lainnya. Kita tidak akan pernah tahu apa saja pelajaran dan new skills yang mereka bisa dapatkan karena adanya tujuan itu. Karena jika kita punya tujuan dalam benak kita, entah mengapa kita akan selalu punya kekuatan dalam tindakan kita. Masuk akal kan ya?

Sekali lagi kita tidak akan pernah tahu apakah hal ini bisa sukses atau tidak, kecuali kita mencobanya bukan? 

Masih teringat dengan jelas, Justin Bieber bisa terkenal dimulai dari mamanya Justin Bieber meng-upload video anaknya yang sedang berjoget dan bernyanyi di YouTube, dan tiba-tiba video ini meledak dan disukai oleh banyak orang di dunia ini. Sekali lagi kita tidak akan pernah tahu sebelum kita mencobanya, ya kan? Lagian, tanpa mereka jadi YouTuber, mereka akan tetap main gadget bukan? Daripada hobby-nya ini tidak tersalurkan, lebih baik kita coba dukung cita-citanya. Tapi yang perlu diingat adalah kita tetap harus membatasi jadwal mereka bermain ya Bapak/Ibu, karena mereka tetap harus membagi waktunya antara sekolah, bermain di luar sebagaimana layaknya anak-anak.

Jika ada yang ingin ditambahkan atau ditanyakan, silahkan comment di bawah ya!

“ANAK SAYA SUKA TIKTOK-AN, BAGUS NGGAK YA?”

iphone, screen, photograph

Bisa ya, bisa juga tidak!

Kok bisa begitu? Yuk kita bahas!

Jika anak kita suka tiktok, maka dia biasanya adalah anak yang cerdas fisik/tubuh dengan gaya belajar kinestetik atau nggak bisa belajar dengan duduk diam atau istilah kerennya adalah cacing kepanasan. Betul atau betul Bapak/Ibu?

 

Kenapa bisa bagus?

Karena saat ini tiktok sudah menjadi sebuah gaya hidup baru untuk anak remaja bahkan ada juga orangtua disini yang punya akun tiktok dan sangat aktif memposting hehehehe…

Tiktok saat ini bisa membuat seorang yang biasa saja menjadi orang yang sangat terkenal hanya dalam hitungan hari (kalau memang bagus dan disukai oleh banyak orang). Masih ingat Mang OLEH Odading di depan Terminal Baranangsiang? Karena TIKTOKlah penjual odading itu bisa viral kemana-mana dan membuatnya kedatangan pembeli yang luar biasa banyaknya setiap harinya. Sampai disini bisa diterima yah Bapak/Ibu? Jadinya TIKTOK bisa bagus kalau memang dimanfaatkan secara serius dan secara konsisten, bukan hanya untuk keren-kerenan saja.

 

Kenapa tidak bagus?

Kalau anak-anak kita hanya bermain TIKTOK dengan tujuan yang tidak jelas dan hanya untuk ikut-ikutan saja dengan menghabiskan waktu seharian yang seharusnya bisa dia pergunakan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat misalnya belajar, membantu orangtua di rumah, dan lain-lain, nah ini semualah yang tidak kita inginkan dilakukan oleh anak-anak kita. Kalau anak-anak kita TIKTOKan hanya untuk mengisi waktu luang saja dan anak-anak kita masih bisa mengatur waktunya dengan baik, itu masih dalam batas wajar.

Nah, untuk Bapak/Ibu yang saat ini anaknya suka TIKTOKan, ada kabar gembira nih… TIKTOK bisa kita gunakan untuk memotivasi anak dan juga supaya Bapak/Ibu bisa lebih nyambung dengan buah hati tercinta daripada Bapak/Ibu hanya marah-marah kepada mereka namun tidak membawa perubahan.

Maksudnya apa, Pak? Maksudnya saya adalah kita mesti masuk dunia mereka terlebih dahulu. Kalau dunia yang mereka sukai saat ini adalah TIKTOK, maka ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk kita sebagai orangtua. Dengan melakukan TIKTOK bareng dengan anak kita, maka akan membuat kita menjadi lebih nyambung. Dan jika kita nyambung sama anak-anak kita, maka dijamin Bapak/Ibu, mereka akan lebih mau mendengarkan kita sebagai orangtuanya.

Kok bisa?

Karena kita tertarik terhadap dunia mereka, maka mereka pun akan tertarik masuk ke dunia kita. Masuk akal?

Apakah Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan diatas? Silahkan comment di bawah ya! Dan Jika ada yang ingin ditanyakan atau ditambahkan, silahkan comment di bawah juga ya!

7 GAMES YANG SEDANG HITS SAAT INI!

Games apa sih yang saat ini sedang digandrungi banyak anak remaja di Indonesia yang membuat mereka jadi susah move on dari posisi nyaman mereka di kamar mereka masing-masing?

Berikut adalah 7 aplikasi yang paling digandrungi oleh anak-anak remaja saat ini :

  1. PUBG

    Sebutan familiar nya adalah PUBG (Pabji). Awalnya game ini hanya tersedia pada versi PC di steam, namun melihat banyaknya permintaan pengguna smartphone, maka dirilis juga versi mobile yang hingga kini dikenal dengan PUBG Mobile.

    PUBG Mobile memiliki gameplay yang seru dan grafik yang kompleks, apalagi sekarang tersedia mode night dan tambahan cuaca. Dalam game ini kita bisa bermain sendiri (Solo), berdua (Duo), dan yang lebih seru lagi yaitu satu team yang terdiri dari 4 pemain (Squad). Kekompakan dan strategi sangat dibutuhkan untuk memenangkan permainan dan mendapatkan Chicken Dinner.

  2. Mobile Legends

    Kebanyakan orang sering menyebutnya dengan singkatan ML atau singkatan dari Mobile Legends.

    Game ini dikembangkan dan diterbitkan oleh developer bernama Moonton. Banyak sekali player game ini berasal dari anak-anak sampai orang tua sekali pun. Mobile Legends sendiri sudah berjalan cukup lama, namun berkat adanya update rutin seperti Hero, Skill, Items, dan lain sebagainya membuat game ini terus dimainkan oleh semua orang, khususnya para anak muda. Tidak heran game ini menjadi salah satu game Android yang benar-benar sedang populer dan tren saat ini.

  3. Free Fire

    Garena Free Fire atau biasa disebut Free Fire (disingkat FF) adalah salah satu judul esports yang merupakan kombinasi dari genre battle royale dengan TPS (Third Person Shooter). Free fire di buat oleh perusahaan Garena.

    Sekilas ini adalah sebuah game perang yang mengumpulkan hingga 50 pemain di sebuah peta yang luas, dimana setiap pemain harus saling membunuh dan menjadi satu-satunya orang yang bisa bertahan untuk menjadi pemenang.

  4. Among Us

    Among Us adalah sebuah permainan pemain kelompok online yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh studio permainan asal Amerika Serikat, InnerSloth, dan dirilis pada tanggal 15 Juni 2018.

    Permainan berlangsung dalam latar
    bertema ruang angkasa dimana masing-masing pemain mendapatkan salah satu dari dua peran, sebagian besar menjadi Crewmates, dan lainnya menjadi Impostor. Tujuan Crewmates adalah mengidentifikasi Impostor, menghilangkan mereka, dan menyelesaikan tugas yang tersedia di sekeliling peta, dan tujuan Impostor adalah untuk membunuh Crewmates tanpa ketahuan dan menggagalkan misi/tugas dari Crewmates.

    Meskipun awalnya dirilis pada tahun 2018 dan menarik perhatian yang sedikit, permainan ini mendapatkan peningkatan popularitas pada 2020 karena banyak streamer Twitch dan YouTuber terkenal yang memainkannya. Menanggapi popularitas permainan tersebut, sekuel, Among Us 2, diumumkan pada Agustus 2020. Namun, sebulan kemudian pada bulan September, sekuel yang direncanakan dibatalkan, dengan tim mengalihkan fokus untuk meningkatkan permainan aslinya.

  5. Fortnite

    Fortnite Battle Royale adalah game online multipemain yang sangat besar, melibatkan 100 pemain satu sama lain di dunia maya.

    Permainan ini terinspirasi oleh konsep yang dipopulerkan oleh novel Jepang Battle Royale, di mana orang terakhir yang berdiri dianggap sebagai pemenang.

    Pemain dijatuhkan ke area acak di dunia maya di mana mereka bebas mengais-ngais senjata untuk membela diri. Pemain harus terus bergerak agar tetap bertahan di dalam game. Sama seperti di novel, zona bahaya muncul di seluruh dunia maya saat pertempuran berlangsung.

    Pemain di zona bahaya harus berlari ke area yang aman secepat mungkin, jika tidak, mereka berisiko tersingkir dari permainan.

  6. Minecraft

    Minecraft adalah permainan video sandbox yang dibuat oleh pengembang Swedia Markus Persson, dirilis oleh Mojang pada tahun 2011 dan dibeli oleh Microsoft pada tahun 2014.

    Minecraft adalah video game terlaris sepanjang masa, yang terjual lebih dari 180 juta di semua platform pada akhir 2019, dengan lebih dari 112 juta pemain aktif bulanan.

    Di Minecraft, pemain menjelajahi dunia 3D yang kotak-kotak/pixel, dengan biome Minecraft Yang beragam Mulai dari Plains, Birch, Spruce, Nether, Crimmson Forest, Warped Forest, Soulsand Velly, dll,  yang dihasilkan secara prosedural, dan dapat ditemukan dan dibuat dari bahan baku, alat kerajinan, membangun struktur atau pekerjaan tanah, dan, tergantung pada mode permainan, dapat melawan musuh yang dikendalikan oleh kode komputer, serta baik bekerja sama atau bersaing dengan pemain lain di dunia yang sama. Mode ini termasuk mode bertahan hidup, di mana pemain harus mendapatkan sumber daya untuk membangun dunia dan menjaga kesehatan, dan mode kreatif, di mana pemain memiliki sumber daya tanpa batas. Dalam Java Edition, pemain dapat memodifikasi game dengan mod untuk membuat mekanisme, item, tekstur, addons, dan aset gameplay baru.

    Minecraft diakui secara terkenal, memenangkan banyak penghargaan, dan telah digambarkan sebagai salah satu video game paling berpengaruh dan terhebat sepanjang masa. Media sosial, parodi, adaptasi, merchandise, dan konvensi MineCon tahunan memainkan peran besar dalam mempopulerkan permainan. Ini juga telah digunakan di lingkungan pendidikan, terutama di bidang sistem komputasi, karena komputer virtual dan perangkat keras telah dibangun di dalamnya.

    Sejumlah game spin-off juga telah dikembangkan, seperti
    Minecraft: Story Mode, Minecraft Earth, dan Minecraft Dungeons.

  7. Clash Royale

    Game ini merupakan kelanjutan dari game yang juga sangat terkenal yaitu Clash Of Clans (CoC). Clash Royale adalah game strategi turn-based yang dikombinasikan dengan permainan mengumpulkan kartu.

    Ketimbang membuat desa seperti di Clash of Clans, pemain diharuskan untuk mengumpulkan kartu (atau beli) untuk meningkatkan level masing-masing karakter seperti skeletons, goblins, barbarians, dan masih banyak lagi.

    Untuk medan perang dalam game, pemain akan menemui dua sisi medan perang. Pemain akan berperang dengan mengambil giliran dan menggunakan kartu (atau disebut troops) yang terdapat di koleksi kartu pemain.

    Pemain bisa menaikkan level karakter dan skill dengan cara mendapatkan koin (mata uang dalam game) dan membeli lebih banyak kartu. Kartu karakter sama dapat digunakan untuk mengupgrade troop, dan membuatnya lebih kuat.

    Game akan berakhir setelah pemain atau lawan menghancurkan castle, atau menghancurkan dua menara pertahanan yang player miliki. Elixir digunakan untuk menyerang baik secara fisik atau menggunakan spell.

    Untuk sebuah game strategi, gameplay Clash Royale terhitung cukup cepat. Pemain  yang terlalu berhati-hati dalam game akan mengalami kekalahan total.

Apa sih yang kira-kira di saat ini sedang dimainkan oleh anak Bapak/Ibu?

Silahkan comment di bawah ya.

Kalau Bapak/Ibu mau dibahas apa sih kelebihan dan kekurangan dari masing-masing game diatas, silahkan comment : MAU, game apa yang ingin dibahas, biar kami bahas di artikel selanjutnya.

6 TIPS MENGATASI KECANDUAN GADGET PADA ANAK

Hidup di jaman sekarang, tak jarang ada orangtua yang mengeluh anaknya kecanduan gadget baik itu televisi, telepon genggam, sampai tablet. Padahal kecanduan akut terhadap gadget pada anak-anak dapat merusak kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Efek merusaknya dalam beberapa hal bisa sama seperti kecanduan alkohol atau NARKOBA. Penelitian yang dilakukan British Heart Foundation (BHF), menunjukkan bahwa hanya 1 dari 10 balita ‘generasi iPad’ yang cukup aktif untuk bisa dikategorikan sehat. Namun bukan berarti anak harus dihindarkan sepenuhnya dari gadget. Bagaimanapun teknologi tetap memiliki peran dalam membantu perkembangan anak, asalkan kita tahu batasannya.

Lantas bagaimana kita tahu anak sudah kecanduan gadget?

Ciri-ciri anak kecanduan gadget:

  • Penggunaan gadget secara terus-menerus diiringi berkurangnya minat untuk bersosialisasi,
  • selalu meminta diberikan gadget. Jika tidak diberi, anak akan mengamuk,
  • tidak mau beraktivitas di luar rumah. Misalnya bersikeras meminta pulang agar bisa bermain game di rumah,
  • menolak melakukan rutinitas sehari-hari dan lebih memilih bermain gadget. Seperti tidak mau disuruh tidur atau mandi.

Jadinya kita sebagai orangtua mesti bagaimana donk? Yuk kita simak 6 Tips mengatasi kecanduan gadget pada anak.

  1. Membatasi penggunaan gadget

    Batasi penggunaan gadget sesuai dengan rekomendasi kelompok umurnya. The American Academy of Pediatrics (2013) dan Canadian Pediatric Society (2010) telah menerbitkan pedoman screen time seperti berikut ini:
    • Anak-anak di bawah usia 2 tahun: sebaiknya tidak dibiarkan bermain gadget sendirian, termasuk TV, smartphone dan tablet.
    • Anak-anak usia 2 sampai 4 tahun: kurang dari satu jam sehari.
    • Usia 5 tahun ke atas: sebaiknya tidak lebih dari dua jam sehari untuk penggunaan rekreasional (di luar kebutuhan belajar).

  1. Beri jadwal

    Jadwalkan waktu yang tepat untuk bermain gadget. Di luar itu, orangtua juga harus menyiapkan kegiatan alternatif lainnya agar anak tidak bosan dan beralih ke gadget lagi.

  2. Jangan beri akses penuh

    Letakkan tv atau komputer di ruang keluarga sehingga setiap anak menggunakannya, dia tidak sendirian, dan masih dalam pengawasan anggota keluarga lainnya. Selain itu perangkat mobile juga sebaiknya tidak diserahkan pada anak sepenuhnya. Biarkan anak meminta izin terlebih dahulu jika ingin menggunakannya, dan ambil kembali setelah selesai.

  3. Tetapkan wilayah-wilayah bebas gadget

    Buat peraturan tidak boleh menggunakan gadget di tempat-tempat tertentu. Misalnya di meja makan, di kamar tidur, dan di mobil.

  4. Ajarkan anak pentingnya menahan diri

    Pastikan untuk memberikan pujian pada anak ketika ia berhasil menahan diri untuk tidak bermain game dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

  5. Berikan contoh yang baik

    Sudah jadi pengetahuan umum bahwa anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Untuk itu, parents juga harus menjadi contoh yang baik, letakkan HP dan bermainlah bersama si kecil.

Nah demikianlah 6 tips mengatasi kecanduan gadget pada anak.

ORANGTUA WAJIB TAHU : KENAPA ANAK SELALU GADGETAN

Apa yang dilakukan anak Anda sekarang? Coba cek di kamarnya sekarang. Sebagian besar dari Bapak/Ibu pasti akan menjawab, “Lagi gadgetan” entah itu bermain game atau social media. Nah sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa anak selalu gadgetan? Setidaknya ada 6 alasan utama kenapa anak selalu tertarik untuk melihat gadgetnya, seakan-akan gadgetnya itu selalu memanggil-manggil diri mereka setiap kali mereka hanya tergeletak di meja.

Inilah 6 alasannya yang ortu wajib tahu :

  1. Mager / PW

    Kalau anak kita sudah merasa PW (baca: Posisi Wuenak), mereka menjadi Mager (Malas Gerak) apalagi semua fasilitas ada di kamar mereka masing-masing seperti Wi-Fi, kasur yang empuk, bantal, guling, selimut, dan AC yang dingin, plus ada colokan dan chargernya, membuat mereka jadi betah di kamar mereka masing-masing sambil gadgetan.

  2. Gabut dan Bosen

    Kalau anak kita sudah merasa gabut (baca: ngak ada kerjaan), mereka pasti akan melirik gadget-nya mereka, seakan-akan gadgetnya memanggil-manggil nama mereka untuk dimainkan hehehe…

  3. Nggak tahu mau ngapain lagi

    Kalau anak kita sudah merasa nggak tahu mau ngapain lagi, pasti panggilan untuk memainkan gadget dijamin akan kuat, dan sebagian besar dari mereka pasti nggak akan kuat akan godaan ini.

  4. Zona nyaman

    Nah zona nyaman inilah yang membuat mereka jadi seakan-akan tidak mempunyai motivasi lagi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup mereka. Hal-hal yang selalu membuat mereka selalu maunya berada di zona nyaman, seperti lahir dari keluarga yang berkecukupan, orangtua selalu ‘ada’ dan ‘melindungi’ diri mereka, semua yang mereka inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Maka dari itu, banyak anak orang kaya hanya bisa menjadi generasi penikmat, dan mereka terkenal sekali dengan generasi instan dan tidak mau susah dan sebagian besar dari mereka langsung kabur/menghindari masalah.

  5. Orangtua juga sibuk dengan pekerjaan dan urusannya masing-masing.

     

    Kalau kita sebagai orangtua juga sudah sibuk dengan pekerjaan kita dan juga karena kita tidak ingin diganggu oleh mereka, jadinya kita memberikan mereka toleransi dan solusi dengan memperbolehkan mereka untuk bermain gadget.

  6. Tidak adanya alternatif kegiatan yang sama serunya atau bahkan lebih seru daripada bermain gadget.

     

    Kita sangat membutuhkan ide-ide untuk mengalihkan perhatian mereka dari gadget ke aktivitas lainnya yang sama seru atau bahkan lebih seru seperti membelikan mereka anak anjing, kucing, atau hewan peliharaan lain yang mereka sukai.

Sebetulnya, anak-anak kita pun ‘SADAR’ jika mereka sudah terlalu banyak menghabiskan waktu dengan selalu melihat gadgetnya, tapi mereka terjebak di 6 alasan diatas.

Jadi apa solusinya donk? Yuk kita bongkar bersama :

  1. Mager / PW

    Jangan biasakan selalu memberikan fasilitas berlebih kepada anak-anak kita, sehingga mereka mager.

    Contohnya, jangan pernah menempatkan TV lengkap dengan console game (PS) di kamar mereka. Taruhlah TV di ruang keluarga, jaringan Wi-Fi hanya ada di ruang keluarga (tidak sampai ke kamar mereka) sehingga mereka tidak akan selalu ‘nongkrong’ di kamar mereka masing-masing karena anak jaman now, mereka bisa hidup hanya dengan gadget di tangan dan yang penting ada colokan.

  2. Gabut dan Nggak tahu mau ngapain lagi.

    Jangan biarkan mereka merasa gabut, sebisa mungkin kita harus mencarikan mereka kegiatan, seperti bersepeda bersama, main catur bersama, main UNO, memancing bersama, dan aktivitas lainnya yang mereka sukai.

    Nah untuk hal ini, bisa Bapak/Ibu baca di no 5.

  3. Zona nyaman

    Orangtua jaman sekarang adalah orangtua yang ‘sangat baik’ untuk anak-anak mereka, mengapa? Karena kita selalu berusaha dengan sekuat tenaga memberikan apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka butuhkan, tapi ini juga bisa menjadi jebakan batman karena telalu membuat anak merasa nyaman sehingga mereka tidak akan mau melakukan sesuatu yang mereka anggap kurang nyaman atau kurang bisa.

    Saya hanya mau mengatakan,

    “Sometimes to be CRUEL is to be KIND”

  4. Orangtua juga sibuk dengan pekerjaan dan urusannya masing-masing.

    Sesibuk apapun diri kita, sebisa mungkin selalu luangkan waktu untuk anak-anak kita. Saya tidak peduli apakah kita adalah seorang direktur, manajer, atau seorang janitor sekalipun, begitu kita sampai di rumah, kita adalah seorang ayah dan ibu. Tinggalkanlah pekerjaan dan gadget Anda, dan mengobrollah dengan anak-anak kita tentang apa saja yang telah dilaluinya di hari itu.

  5. Tidak adanya alternatif kegiatan yang sama serunya atau bahkan lebih seru daripada bermain gadget.

    Nah untuk yang ini, kita harus cari tahu minat dan bakat mereka supaya kita bisa membuat perhatian mereka beralih dari gadget menuju ke aktivitas lain yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Dijamin kalau Bapak/Ibu sudah berhasil menemukannya, pastilah perhatian mereka akan beralih.

Nah, kami punya kabar gembira nih Bapak/Ibu, sebagai solusi dari ke semua hal di atas, kami ada kelas khusus “MENEMUKAN DAN MENGOPTIMALKAN MINAT, BAKAT DAN POTENSI UNGGUL ANAK SEMENJAK DINI” sehingga mereka bisa sukses dan bahagia di usia muda mereka, yang bisa Anda dapatkan di platform e-learning kami.

Silahkan click link berikut untuk mempelajarinya secara lebih mendetail

KAPAN SEBAIKNYA MEMBERIKAN GADGET PADA ANAK?

Sebelum kita membahas tentang hal di atas, saya mau membahas dulu tentang psikologi perkembangan manusia.

  • Sewaktu anak kita berusia 0-5 tahun, anak harus dekat dengan ibunya, untuk belajar tentang kelemahlembutan, kasih sayang, kesabaran, dan lainnya.
  • Sewaktu anak kita berusia 6-12 tahun, anak harus dekat dengan ayahnya, untuk belajar tentang kerja keras, tanggung jawab, arti dari kata tidak pernah menyerah, mempunyai tujuan hidup, dan lainnya.
  • Sewaktu anak kita berusia 13-18 tahun, anak harus dekat dengan teman-temannya dan gurunya, karena siapa teman-temannya dan siapa gurunya di tahap ini akan menentukan siapa mereka di tahapan selanjutnya.
  • Sewaktu anak kita berusia 18-25 tahun, anak harus dekat pacar atau pasangannya, karena siapa pacarnya di tahap ini akan menentukan siapa mereka di tahapan selanjutnya.

Kenapa saya membahas psikologi perkembangan manusia ini? Karena saat ini, banyak anak-anak yang lebih dekat dengan gadgetnya semenjak mereka balita bahkan dari batita. Semua yang mereka pelajari yang seharusnya dari orangtua mereka terlebih dahulu sebagai pondasi dari tahapan-tahapan di masa depan mereka kelak, malahan diambil alih oleh gadget mereka masing-masing. Oleh karena itulah, banyak orangtua yang sudah tidak lagi didengarkan oleh anak-anak mereka setiap kali memberikan nilai-nilai yang berguna untuk hidup mereka, dan lebih parahnya lagi, mereka bisa sambil lalu mendengarkan petuah orangtuanya tetapi mata dan tangannya tetap memegang gadget. Oleh karena itulah, ada baiknya jika kita semua sebagai orangtua mulai mengambil alih peran kita sebagai ibu dan ayah mereka sesuai dengan tahapan perkembangan diatas, tetapi bukan berarti pada saat anak kita berusia 0-5 tahun, ayah tidak perlu hadir, dan demikian pula dengan tahapan selanjutnya, mereka tetap membutuhkan sosok ayah dan ibu dalam kehidupan mereka. 

Kembali lagi ke laptop, kapan sebaiknya memberikan gadget pada anak? Jawabannya adalah ketika mereka sudah SIAP untuk memfilter semua informasi yang masuk ke dalam dunia mereka melalui gadget ini dan sudah tahu mana yang benar dan yang mana yang salah, yaitu pada saat mereka menginjak usia 14 tahun, karena di usia inilah mereka sudah masuk ke dalam tahapan pemikiran yang kritis asalkan mereka mengikuti tahapan psikologi perkembangan manusia yang sudah saya ceritakan diatas.

ANAK KETAGIHAN GADGET SALAH SIAPA?

Sebetulnya ini sangat sensitif dan tidak akan ada habisnya untuk dibahas, karena ujung-ujungnya saling melempar kesalahan antara papa dan mama, orangtua dengan opa-oma, opa-oma dengan teman-temannya.

Nah loh kok teman-teman opa-omanya juga diikutkan dalam hal ini?

Ok ok ok, saya mau bertanya kepada Anda semuanya, siap-siap dijawab ya, yuk kita mulai…

Siapa yang pertama kali memberikan mereka gadget pada saat mereka rewel tidak mau makan?

Siapa yang pertama kali memberikan mereka gadget setiap kali mereka banyak bertanya pada saat kita sedang bekerja?

Siapa yang pertama kali memberikan mereka gadget setiap kali mereka tidak bisa duduk dengan tenang pada saat di mobil?

Siapa yang pertama kali memberikan mereka gadget setiap kali mereka menangis dan ngambek?

Siapa yang pertama kali memberikan mereka gadget setiap kali mereka bilang bosan nggak ada kerjaan?

Kalau ada lagi yang menambahkan, silahkan comment di bawah ya!

Apalagi jika opa dan oma tinggal serumah sama kita, atau kita menitipkan anak-anak kita di rumah opa dan oma karena kita harus bekerja, semuanya bisa jadi tambah kacau. Entah mengapa ayah dan ibu kita pada saat membesarkan kita, mereka bisa menjadi orang yang tegas dan penuh dengan disiplin dan wibawa, tapi entah mengapa pada saat mereka menjadi opa dan oma, mereka menjadi orang yang penuh dengan toleransi dan cenderung menuruti apapun permintaan cucunya, meskipun kita sebagai orangtuanya sudah berulang kali melarang anak kita untuk melakukannya. Yang bernasib kurang lebih sama, silahkan comment di bawah ya!

Jadi jika saat ini mereka sangat ketergantungan dengan gadget, apakah ini semua murni kesalahan mereka saja? Atau apakah kita juga punya andil terhadap tantangan ini?

Pertanyaan saya diatas bukan untuk mencari siapa yang salah tetapi apa yang mesti kita lakukan untuk sama-sama mencari solusinya. Saya cuma mau meminta Anda semua untuk berhenti saling menyalahkan, karena nasi sudah menjadi bubur, tinggal kita tambahin kecap dan kacang hehehehe…

Saya meminta Anda untuk tidak lagi fokus di masa lalu, karena kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu, yang hanya bisa kita lakukan adalah merubah hari ini untuk bisa merubah masa depan kita. Masuk akal kan ya?

Yuk, kita semua duduk sama-sama antara ayah, ibu, opa, oma, suster, dan pihak-pihak lain yang ikut dalam mendidik anak-anak kita untuk membuat sebuah kesepakatan dan peraturan yang jelas dalam mendidik anak-anak kita terutama dalam hal penggunaan gadget.

Sebenarnya saya sudah pernah membahas tentang peraturan dalam penggunaan gadget ini, tapi saya akan ulangi lagi hal yang mendasar yaitu sebaiknya orangtua mengetahui panduan screentime berdasarkan usia.

Berikut informasi yang dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

  • < 18 bulan, sebaiknya tidak sama sekali
  • 18–24 bulan, kurang dari 1 jam, tetapi tidak disarankan
  • 3–5 tahun, tidak boleh lebih dari 1 jam dan harus dalam pengawasan
  • 6–10 tahun, diperbolehkan maksimal 1–1,5 jam
  • 11–13 tahun, tidak boleh lebih dari 2 jam 

Jika ada yang mau ditanyakan atau mau dibahas di artikel selanjutnya, silahkan comment di bawah yah, kami akan membahasnya dalam artikel selanjutnya

ORANGTUA WAJIB TAHU : TAHAPAN ANAK KECANDUAN GADGET!

Baca artikel sebelumnya  : CIRI-CIRI ANAK YANG SUDAH MASUK KE DALAM TAHAP KECANDUAN GADGET

Apakah Bapak/Ibu sudah merasa anaknya terlalu ‘attached’ dengan gadgetnya? Nah kalau begitu, jangan sampai anak kita masuk ke dalam tahap kecanduan gadget. Kalau anak kita masih bisa membagi waktunya dengan baik antara main gadget dengan aktivitas lainnya seperti makan, mandi, sekolah, dan membuat PR, berarti anak Anda masih dalam tahapan normal. Tapi jangan sampai juga anak-anak kita kebablasan, karena kalau kita biarkan, lama kelamaan anak kita akan masuk ke tahap selanjutnya, dimana kami sudah sering meng-coaching anak-anak yang sudah kecanduan gadget ini. Dan percayalah Bapak/Ibu, mencegah jauh lebih baik dan lebih mudah daripada mengobati. Jadi jangan sampai kebablasan ya…

4 Tahapan Anak Kecanduan Gadget :

  1. Biasa
    Di tahapan ini anak-anak kita belum terpapar dengan teknologi gadget, karena orangtuanya juga belum mengenalkan teknologi ini kepada anak-anaknya. Dan ini juga berlaku kepada anak-anak dari Steve Jobs dan anak-anak dari Bill Gates dan hal ini sudah sangat jarang sekali kita temui di anak-anak Indonesia, ya kan?

    Biasanya anak-anak di Indonesia sudah terpapar teknologi gadget ini pada saat umur balita bahkan batita. Sebagai informasi tambahan, jika mereka sudah terpapar dari mereka balita, hal ini akan menjadi sangat menantang pada saat mereka SD nanti.

  2. Normal
    Di tahapan ini, anak-anak kita sudah terpapar dengan teknologi gadget, tetapi masih dalam batas wajar/normal dimana mereka masih bisa membagi waktu mereka dengan baik antara gadget dengan aktivitas lainnya. Dan jika kita meminta mereka untuk menaruh gadgetnya, mereka akan langsung melakukannya tanpa harus memasang muka cemberut dan tantrum.
  3. Ketagihan
    Di tahapan ini, anak-anak kita sudah semakin ter-attached dengan gadgetnya, dimana mulai dari membuka mata di pagi hari sampai menutup mata di malam hari, gadgetnya selalu ada dalam genggaman mereka. Dan mereka sangat sering melihat ke gadget mereka seperti bermain game dan social media.

    Jika orangtua meminta mereka untuk melakukan aktivitas lainnya, mereka akan melakukan ‘gapatar’ atau gerakan apa-apa ntar hehehehe…

  4. Kecanduan
    Di tahapan ini, anak-anak kita sudah mulai tidak bisa membagi waktunya dengan baik, mereka baru akan tidur jam 12 atau jam 2 dini hari, sehingga mereka akan susah untuk bangun pagi, dan pada akhirnya mereka tidak bisa berkonsentrasi di sekolah dan banyak dari mereka yang pada akhirnya ketiduran di kelas dan mereka sering menyalahkan gurunya yang tidak bisa mengajar sehingga mereka ngantuk.
  5. Kecanduan Akut
    Di tahapan ini, anak-anak kita sudah seperti kalong, dimana siang menjadi malam, malam menjadi siang, dan mereka sudah mogok sekolah dan menolak untuk melakukan aktivitas lainnya, hanya mau bermain game dan gadget.

    Setiap kali orangtua mereka meminta mereka untuk berhenti bermain game, mereka akan mengamuk dan membanting-banting barang dan bahkan ada yang sudah berani memukul orangtuanya karena tidak diijinkan untuk bermain gadgetnya. Hal ini sudah sama seperti orang yang lagi ‘sakaw’ atau kecanduan narkoba, apapun akan dilakukannya untuk bisa mendapatkan apa yang dimau.

Nah Bapak/Ibu, dari narasi diatas coba cek, anak Anda ada di tahapan nomor berapa. Dan jika ada yang mau ditanyakan, tolong tulis di comment ya!

10 Ciri-Ciri Anak Kecanduan Gadget

ciri-ciri anak kecanduan gadget

Gadget saat ini sudah menjadi kebutuhan untuk semua orang di dunia ini, tapi jangan sampai anak kita yang yang dikuasai oleh gadget. Berikut adalah 10 ciri-ciri anak yang sudah masuk ke dalam tahap kecanduan gadget, jangan sampai anak Anda masuk ke dalam tahap ini, karena mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.

  1. Anak-anak kita sudah tidak lagi mau bersosialisasi dengan dunia luar selain gadget, anak kita juga sudah tidak lagi mau pergi dengan orangtua atau berkumpul bersama dengan orangtua dan saudara-saudaranya, lebih memilih di kamar dan bermain game/gadget.

  2. Anak bermain gadget selama 8-10 jam perhari.

  3. Anak akan kurang fokus saat diajak berbicara ataupun saat di sekolah.

  4. Anak kita juga sudah mulai lupa dan malas untuk mandi, makan, dan lain-lain dan banyak dari mereka yang sudah masuk ke dalam tahap lanjutan, yaitu mempunyai badan yang sangat kurus karena sudah tidak tertarik untuk makan.

  5. Anak mudah emosi dan suka membanting barang-barang sambil berkata kasar apalagi pada saat kalah dalam game.

  6. Anak sudah mulai mogok sekolah.

  7. Jam tidur berkurang karena anak terpapar layar gadget secara berlebihan.

    Pada kasus yang sudah ke tahap yang lebih parah, h
    idupnya seperti kelelawar, malam dijadikan siang, siang dijadikan malam.

  8. Merasa hidupnya ada di dalam game tersebut, dan dunia nyata bukanlah kehidupannya.

  9. Sering menunda pekerjaan, biasanya terjadi pada anak yang sudah lancar berkomunikasi, anak akan lebih memilih bermain gadget ketimbang menyelesaikan tanggung jawabnya.

  10. Saat dilarang bermain gadget, anak cenderung marah, melawan, menangis, atau tantrum.

Kalau ciri-ciri diatas belum terjadi kepada anak Anda, selamat! Anak Anda masih dalam batas wajar. Tapi jangan sampai anak kita masuk ke dalam tahap kecanduan, karena jika kita biarkan terus, mereka akan masuk ke dalam tahap diatas pada akhirnya.

Untuk itu, sebaiknya orangtua mengetahui panduan screentime berdasarkan usia dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO. (Baca artikel : Anak tidak diberi gadget….ntar jadi kuper donk?)

Semoga bermanfaat!

 

Salam Mantap,

Rudy Ng
Founder & Master Trainer Rudy Ng Academy
www.RudyNgAcademy.com